Daerah

Tantangan Jurnalis Majalengka di Era Digital Majalengka

123
×

Tantangan Jurnalis Majalengka di Era Digital Majalengka

Sebarkan artikel ini
Jajaka menggelar musyawarah 2025. ABR kembali terpilih aklamasi

MAJALENGKA, Jabarinfo – Jaringan Jurnalis Majalengka (Jajaka), kembali menggelar musyawarah tahunan, Sabtu (22/2/2025). Dalam kesempatan ini, Abdurrahman, yang akrab disapa ABR, resmi terpilih aklamasi sebagai Ketua.

Jajaka sendiri merupakan Badan Otonom dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Majalengka. Dalam sambutannya, ABR langsung mengirimkan pesan tajam kepada seluruh insan pers: integritas adalah mata uang yang paling berharga di era banjir informasi saat ini.

“Berita bukan sekadar produk, tapi amanah publik yang harus dijaga. Integritas adalah satu-satunya mata uang yang tidak bisa ditukar dengan apapun,” tegas ABR di hadapan para jurnalis yang hadir di Sawah Kopi Majalengka,

ABR menyoroti tantangan besar yang dihadapi jurnalis lokal, terutama di tengah maraknya hoaks, misinformasi, dan tekanan politik yang bisa mengganggu independensi media. Ia menegaskan, setiap jurnalis harus memegang teguh prinsip etika jurnalistik demi menjaga kepercayaan publik.

“Di era sekarang, semua orang bisa jadi penyebar informasi. Tapi, jurnalis sejati harus mampu memilah fakta dari sensasi, data dari opini, dan kebenaran dari kepentingan,” ujarnya.

ABR juga berbicara tentang hubungan antara pers, masyarakat, dan pemerintah daerah. Menurutnya, pers seharusnya menjadi mitra kritis yang mengawasi jalannya kebijakan publik, bukan sekadar alat penyampai informasi yang menyenangkan bagi penguasa.

“Kita bukan musuh pemerintah, tapi mitra yang siap mengingatkan bila ada penyimpangan. Kritik yang sehat adalah vitamin bagi demokrasi,” tegasnya.

Dalam konteks ini, ABR menegaskan bahwa Jajaka akan terus menjaga keseimbangan antara menjadi pengawas kebijakan dan menyosialisasikan program-program yang bermanfaat bagi masyarakat.

Di bawah kepemimpinannya, ABR berencana menggulirkan program literasi media bagi masyarakat, mengingat masih banyak warga yang mudah terjebak dalam pusaran berita palsu.

Selain itu, ia menyiapkan mekanisme advokasi untuk melindungi jurnalis yang mengalami intimidasi saat menjalankan tugasnya.

“Kita butuh masyarakat yang kritis dan jurnalis yang berani. Jika ada yang mencoba membungkam, Jajaka akan berdiri paling depan untuk membela kebebasan pers,” ungkapnya.

ABR menargetkan Jajaka bukan hanya menjadi organisasi profesi, melainkan pilar demokrasi lokal yang memperjuangkan hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang jujur dan transparan.

“Berita adalah cahaya di tengah gelapnya kebohongan. Jajaka akan menjadi pelita yang memastikan masyarakat Majalengka mendapatkan informasi yang mencerahkan, bukan menyesatkan,” imbuhnya.*JI02